Apakah oil shale itu?
Dalam petroleum system dikenal istilah source rock, yaitu batuan kaya kandungan bahan organik yang menjadi sumber minyak dan gas bumi (migas). Oleh karena adanya proses diagenesis yang menyebabkan tekanan dan temperatur batuan semakin tinggi, migas dapat keluar dari source rock apabila tingkat maturity (kematangan) bahan organik di dalamnya telah tercapai. Migas yang keluar dari source rock ini kemudian bermigrasi dan terjebak pada lapisan batuan di atasnya apabila.
- ada reservoir, yaitu batuan yang mempunyai porositas tinggi misalnya batupasir atau batugamping sehingga migas bisa masuk ke dalam pori-pori batuan tersebut.
- ada seal rock, yaitu batuan halus misalnya batulempung di atas reservoir sebagai lapisan penudung sehingga migas terjebak dan tidak bermigrasi lebih jauh lagi.
Source rock umumnya adalah batuan berbutir halus yang terendapkan dalam lingkungananoxic atau miskin oksigen sehingga memungkinkan adanya pengawetan (preservation) material organik yang ikut terendapkan. Source rock, dilihat dari tingkat evolusi bahan organik selama diagenesis, secara umum bisa dibagi menjadi mature (matang) danimmature (belum matang). Immature source rock disebut juga sebagai oil shale. Menurut beberapa referensi, definisi oil shale tersebut terbatas pada shale (Peters et al., 2005), namun ada juga yang mendefinisikan lebih luas tidak hanya sebatas shale namun juga marl dan karbonat. (Tissot dan Welte, 1984).
Istilah shale oil juga dikenal dan pengertiannya berbeda dengan oil shale. Shale oil adalah oil yang diperoleh dari proses retorting atau pematangan buatan oil shale. Shale oil juga mencakup oil pada mature source rock yang karena minimnya crack atau retakan tidak bisa bermigrasi. Dengan demikian shale oil juga berbeda pengertiannya dengan crude oilyaitu oil yang bermigrasi dan kemudian terjebak pada reservoir.
Pemanfaatan oil shale
Cara pemanfaatan oil shale termasuk teknologi baru dan non konvensional karena tidak sekedar mengebor dan kemudian memproduksi minyak, namun diperlukan lagi sebuah proses yaitu retorting untuk mendapatkan shale oil. Karena proses retorting inilah pemanfaatan oil shale menjadi sangat mahal dan tidak ekonomis selama produksi oil konvensional masih lebih murah. Berikut adalah beberapa metode pemanfaatan oil shaleyang bisa dilakukan.
1. Retorting di permukaan
Dalam metode ini, oil shale secara konvensional diambil atau ditambang baik itu tambang permukaan atau pun bawah tanah. Oil shale kemudian diolah dan diperas oil-nya dengan pemanasan (retorting). Kelemahan teknologi ini terletak pada mahalnya biaya retortingdan reklamasi material batuan apabila sudah diperas oil-nya. Masalah umum klasik proses penambangan misalnya merusak estetika lahan dan pencemaran lingkungan juga merupakan isu-isu negatif yang bisa menghambat teknologi pemanfaatan ini.
2. Retorting in situ Metode ini diterapkan untuk oil shale yang keberadaannya jauh di bawah permukaan bumi, sehingga tidak bisa dilakukan penambangan terbuka maupun bawah tanah. Teknologi yang digunakan adalah pengeboran untuk membuat crack atau retakan dengan ledakan pada oil shale kemudian diikuti oleh pemanasan sehingga oil yang ditimbulkan bisa diambil dari sumur produksi. Metode ini juga bisa membawa resiko apabila tidak dilakukan dengan cermat sehingga timbul pemanasan yang tak terkontrol.
Walaupun masih tergolong teknologi mahal, eksploitasi oil shale sudah banyak dilakukan di berbagai negara, walaupun dibandingkan dengan minyak konvensional produksinya masih relatif kecil. Oil shale sudah diproduksi sejak sebelum Perang Dunia I oleh Jerman karena terbatasnya akses minyak konvensional pada masa itu. Namun hanya Estonia dan Cina yang terus melakukan produksi oil shale setelah berakhirnya Perang Dunia II. Hingga kini, Estonia adalah produsen oil shale terbesar (80%) di antara negara produsen lain seperti Cina, Brazil dan Australia.
Sumberdaya oil shale dunia
Walaupun eksploitasi oil shale masih sangat kecil, namun sumberdaya shale oil adalah 25 kali lebih besar dari crude oil.
Sumberdaya oil shale di Indonesia
Eksplorasi oil shale di Indonesia sudah dimulai sejak dekade yang lalu yang dilakukan oleh Pusat Sumberdaya Geologi (PSDG). Endapan oil shale ditemukan di Sumatera dan Sulawesi Selatan, yang sumberdaya terbesarnya ada di Cekungan Sumatera Tengah dan Selatan. Oil shale di Sumatera banyak terdapat di beberapa tempat pada lapisan shale pada Formasi Gumai yang keberadaannya menutupi hampir seluruh cekungan. Potensi oil shale juga ditemukan pada Formasi Sangkarewang di Cekungan Ombilin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar